logo

logo
buletin

Kamis, 15 Desember 2011

Mari Berhijrah

Beberapa hari yang lalu umat islam merayakan tahun baru hijriyah. Kata hijriyah diambil dari peristiwa hijrahnya Rosulullah dan sahabat dari makkah ke madinah. Dalam sejarah, tahun hijriyah ditetapkan oleh sahabat Umar bin Khattab. Penetapan 1 muharrom ditetapkan umar kira-kira 7 tahun setelah Rosulullah wafat. Berbeda dengan tahun baru masehi, tahun baru hijriyah dihitung berdasarkan peredaran bulan, bukan matahari seperti tahun baru masehi. Dan perhitungannya dimulai setelah memasuki waktu maghrib. Sedangkan tahun masehi perhitungannya dimulai sejak berakhirnya pukul 24.00 (tengah malam). Umar memilih peristiwa tersebut dengan berbagai pertimbangan. Pertama, peristiwa hijrah menunjukkan bahwa hidup itu dinamis dan harus aktif mencari terobosan baru. Oleh sebab itu, bagi seorang muslim tidak dibenarkan memilih hidup yang bersifat pasif dan statis yang mana hal itu akan menimbulkan stagnasi dalam menjalani hidup. Kedua, hijrah adalah sebuah titik balik perjuangan dakwah Nabi dan umat islam dalam menegakkan kebenaran. Hal ini nampak dari diubahnya nama Yastrib menjadi Madinah yang berarti kota, tempat peradaban, kesopanan dan tegaknya norma hukum. Oleh karena itu hjrah merupakan pintu masuk perubahan nasib yang lebih baik, sebagaimana keberhasilan Rosulullah dan sahabatnya. Peringatan tahun baru hijriyah adalah memperingati pergantian yang melambangkan peningkatan taraf hidup yang bermadaniyah, bercivilisasi, beradab dan berbudaya. Dalam melakukan hijrah memang tidak mudah. Mula-mula butuh niat (motivasi) yang kuat dan benar. Berikutnya adalah usaha yang sungguh-sungguh, karena didalamnya membutuhkan pengorbanan. Dan dalam hal apapun hijrah memang dianggap menjadi tonggak awal menuju kesuksesan. Hal itu bisa kita lihat dari umat-umat terdahulu mulai sejak nabi Ibrahim, Luth, Musa hingga Muhammad semuanya melakukan hijrah untuk memelihara keimanannya. Selain itu, hijrah bukan hanya untuk memperoleh kebahagian akhirat, tetapi hijrah juga bisa untuk memperoleh kebahagiaan dunia. Hal ini bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa tidak sedikit dari warga negara kita yang hijrah untuk memperbaiki taraf ekonominya. Mereka berbondong-bondong bermigrasi ke negara-negara yang kaya. Mungkin dalam menuntut ilmupun, kita juga harus melakukan hijrah kalau ingin mencapai kesuksesan dalam mencari ilmu. Hijrah disini adalah kita harus merelakan diri untuk meninggalkan rumah, keluarga, famili dan lain sebagai- nya untuk menuntut ilmu yang dibutuhkan dalam mengejar suatu yang dicita-citakan. Orang jawa mengatakan “kabeh kudu ditirakati yen pengen oléh kabejan”. Hijrah merupakan salah satu bentuk tirakat yang dipenuhi dalam menuntut ilmu. Seperti halnya Plato. Dia harus berhijrah ke kota Sirakus. Dimana ia berusaha untuk ingin merubah sistem pemerintahan yang ada. Tetapi sayang, ia hampir dijual sebagai budak, untungnya diketahui oleh temannya dan akhirnya ia ditebus. Akhirnya ia kembali ke Athena. Ketika ia akan mengembalikan uang tembusan dirinya, uang pengganti tebusan itu ditolak oleh temannya, kemudian ia mengggunakan uang itu untuk mendirikan Akademia. Mungkin ketika ia tidak berhijrah dan hampir dijual sebagai budak, ia tidak akan mendirikan Akademia. Karena itu, dapat dikatakan bahwa universitas Eropa pertama didirikan dengan uang harga penjualan seorang filsuf. Setelah melewati pergantian tahun beberapa hari yang lalu, secara otomatis kita telah berhijrah. Hijrah dari tahun lama ke tahun yang baru. Tahun merupakan salah satu dimensi waktu yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak bisa dilewatkan begitu saja. Kehadiran sang waktu bukan tanpa tujuan. Ketika kita melihat bulan yang dulunya tidak ada kemudian sabit kemudian purnama kemudian hilang lagi, hal itu seperti manusia yang dulunya tidak ada kemudian lahir kemudian dewasa kemudian meninggal. Oleh karena itu, manusia harus bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Dengan bergantinya tahun sudahsaatnya kita harus bisa merubah diri yang lebih baik dari tahun kemarin. Dalam mengisi waktu, islam mengajarkan untuk mengerjakan amal saleh, yaitu perbuatan yang apabila dilakukan tidak mengakibatkan kerusakan atau perbuatan yang bermanfaat. Kemanfaatan bagi pribadi, keluarga, kelompok atau manusia secara keseluruhan. Salah satu contoh amal saleh yang berkembang dalam tradisi masyarakat adalah tumpengan. Tumpengan dan beberapa tradisi lain seperti nyadran, sekaten, dan tahlilan dalam bahasa antropologi agama adalah simbol pengungkapan atas nilai-nilai yang diyakini sehingga dapat mengungkapkan makna subyektif pelakunya. Tindakan seperti ini ada yang menyebut sebagai syahadah yang tidak diungkapkan, tetapi dijalankan dalam dimensi transenden dan imanen. Dengan kata lain, high tradition yang berupa nilai-nilai yang sifatnya abstrak, jika ingin ditampakkan perlu dikongkritkan dalam bentuk low tradition yang merupakan pergumulan dengan tradisi yang ada. Dalam tradisi tahlilan dan tumpengan misalnya, high tradition yang diusung adalah taqarrub wassykuru ilallah dan apresiasinya dalam bentuk dzikir kolektif dan pemberian sesuatu. Lalu muncul simbol kebudayaan bernama tahlilan dan tumpengan. Islam juga mengajarkan untuk memanfaatkan waktu secara produktif sehingga waktu tidak terbuang dengansia-sia. Dalam suatu hadits juga dijelaskan bahwa -penggalannya- siapa yang hari ini sama atau bahkan lebih jelek (perbuatannya) dari hari kemarin, maka termasuk orang yang rugi. Dalam hadits Nabi menyatakan agar kita bisa menjaga lima perkara sebelum lima perkara (sebagai kebalikannya), yakni sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin,senggang sebelum sempit, muda sebelum tua dan hidup sebelum mati. Ada yang mengatakan waktu adalah uang. Itulah sebabnya waktu adalah hal yang berharga dan harus kita manfaatkan sebaik-baiknya. Yang dianjurkan dalam islam yang lain ketika melawati tahun baru yaitu refleksi. Kita harus berkaca pada masa lalu untuk mengambil pelajaran, manfaat, perhitungan untuk dijadikan bekal untuk hari esok. Itulah beberapa hal yang diajar- kan islam dalam melewati tahun baru. Kita telah berhijrah dari tahun lama ke tahun yang baru. Apa yang harus ditingkatkan hijrah kali ini? Apakah sama dengan tahun kemarin? Mungkin tulisan saya cukup sampai disini dan saya ucapkan selamat tahun baru 1433 H. Silakan Pikir & Renungkan...!!! Musnadil Firdaus AS/III