logo

logo
buletin

Kamis, 19 Mei 2011

HASSAN HANAFI

Hassan Hanafi dilahirkan di Mesir di daerah Al-Azhar pada tahun 13 Februari 1935. Al-Azhar adalah daerah yang menjadi pusat pendidikan Mesir waktu itu, banyak para pelajar datang dari berbagai macam penjuru dunia untuk menuntut ilmu di Universitas ini. Walaupun begitu akan tetapi keadaan, sosial Mesir sangat tidak mendukung untuk kegiatan keilmuan di daerah tersebut hal ini disebabkan karena keberadaan bangsa Inggris yang ikut campur dalam pemerintahan Mesir, yang di dalamnya menggunakan sistem kapitalisme yang hanya menguntungkan sebagian kecil golongan (dan lebih banyak dari bangsa Inggris) dan menyengsarakan rakyat banyak. Dengan keadaan sosial seperti itu Hassan Hanafi tergerak hatinya untuk melawan penindasan yang dilakukan oleh barat, jiwa patriotisme dan nasionalismenya lahir demi membela rakyat Mesir yang tertindas.
Awal pendidikanya dimulai ketika dia masih kecil pada umur lima tahun sudah mulai menghafalkan Al-Qur’an selanjutnya meneruskan pendidikan dasarnya selama empat tahun. Semangatnya yang sangat besar tercermin pada sikapnya yang ingin ikut berperang sebagai relawan pada usia yang masih sangat belia yaitu 13 tahun. Walaupun akhirnya usaha tersebut gagal karena dia ditolak sebab alasan masih terlalu kecil untuk ikut berperang, kejadian ini terjadi pada tahun 1948. Semenjak tahun 1952 sampai 1956 dia kuliah di Universitas Cairo untuk mendalami filsafat selama menjadi mahasiswa dia aktif sebagai aktivis gerakan Ikhwanul Muslimin.
Setelah studi di negaranya Hassan Hanafi melanjutkan ke Perancis tepatnya di Universitas Sorbone. Di sini dia banyak membaca karya-karya penulis terkenal dari barat dalam bidang sastra, filsafat, teologi Kristen, pembaharuan, reformasi, orientalis dan karya-karya lain karena Perancis adalah salah satu gudangnya para pemikir dari barat dan dari sini juga pernah terjadi suatu revolusi besar yang dapat merubah tatanan yang pernah ada yaitu revolusi Perancis. Dia menghabiskan waktu sepuluh tahun untuk studinya di Universitas mulai tahun 1956 sampai 1966. Karena keilmuannya yang mumpuni, dia dipercaya mengajar pada beberapa Universitas dan menjadi dosen tamu dibeberapa negara seperti Belgia dan Amerika. Pada tahun 1971-1975 dia mengajar di Amerika. Pengalaman dengan para pemikir besar dunia dalam berbagai pertemuan internasional, baik di kawasan negara-negara Arab, Asia, Eropa, dan Amerika membantunya semakin paham terhadap persoalan besar yang sedang dihadapi dunia dan umat Islam di berbagai Negara. Hanafi berkali kali mengunjungi negara-negara asing seperti Belanda, Swedia, Portugal, Spanyol, Prancis, Jepang, India, Indonesia, Sudan, dan Saudi Arabia antara tahun 1980-1987.
Wacana pemikiran Hassan Hanafi dari barat banyak dipengaruhi oleh filsafat fenomenologi karya Edmund Hussrel sedangkan dari Timur (Islam) dipengaruhi oleh tokoh-tokoh gerakan Islam, seperti Hassan Al-Banna, Sayyid Qutb, Abu Al-A’la Al-Maududi, Abu al-Hassan al-Nadhvi, dll. Dalam metodologi tafsirnya terlihat jelas aliran fenomenologi yang ia bawa dari Perancis seperti terlihat dalam tawaran “Hermeneutika Aksiomatik”, menurutnya langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penafsiran Al-Quran adalah:
1. Kritik Historis, dari sini dapat diketahui aspek sejarah dari suatu ayat seperti asbabun nuzul, nasikh -
mansukh, penerimaan para sahabat waktu itu dan periwayatan selanjutnya tentang ayat atau hadis tersebut, penghargaannya yang tinggi pada sejarah dan peninggalan diwujudkannya pada pemikiran tentang turats wa tajdid.
1. Kritik Eiditik, menguak pesan Tuhan dengan analisa-analisa lebih jauh dan mendalam seperti analisa bahasa, setting sosial, logika, ilmu-ilmu modern, kemajuan zaman dan analisa-analisa lainnya yang dianggap perlu.
2. Kritik Praktis, pemahaman terhadap wahyu Tuhan tidaklah hanya merupakan sebuah pemahaman yang berkutat pada teori pemahaman akan teks an sich (apa adanya), melainkan juga berupa teori yang berupaya menjelaskan penerimaan wahyu sejak dari tingkat perkataan sampai ke tingkat dunia (praksis) dan sejak dari pikiran Tuhan sampai kepada kehidupan manusia.
Sebelum dia menawarkan metode baru dalam penafsiran terlebih dahulu dia mengkritik metode-metode penafsiran yang digunakan oleh ulama salaf, menurutnya ada beberapa hal yang perlu dikritik pada penafsiran mereka yaitu:
1. Teks bukan realitas, teks adalah teks murni itu sendiri yang sebenarnya hanya sebuah ekspresi kebahasaan terhadap realitas, sehingga suatu teks perlu dicari aspek realitasnya.
2. Teks memerlukan keyakinan apriori yang berlawanan dengan rasio dan empiris manusia, karena itu kebenaran teks bergantung pada kepercayaan pada teks.
3. Teks berasal dari luar teks itu sendiri
bukan dari dalam sehingga perlu analisa di luar teks.
4. Teks adalah kompleks, perlu kajian yang menyeluruh dalam memahami suatu teks tidak hanya berkutat pada satu ayat saja.
5. Teks dalam penafsirannya selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan pendapat, perlu analisa mendalam dalam pilihan-pilihan yang telah dilakukan oleh para ulama salaf, apa pertimbangan mereka.
6. Teks ditafsirkan oleh orang yang mempunyai berbagai macam latar belakang yang menimbulkan perbedaan dan selanjutnya menimbulkan saling dorong antar penafsir sendiri.
7. Teks lebih banyak diarah untuk menasihati manusia bukannya untuk memberi penjelasan logis dan masuk akal, bersifat doktriner.
Selain itu seperti para pemikir kontemporer lainnya Hassan Hanafi juga lebih bergaya antroposentris, sosialis, humanis. Gerakan yang dia bangun yang bernama ”Kiri Islam” bertujuan untuk menyuarakan pesan-pesan moral yang dibawa Islam untuk masyarakat luas, contoh pemahamannya dalam bidang ibadah adalah:
1. Tauhid, menurutnya tauhid adalah penyatuan, penyatuan seluruh elemen masyarakat dalam berbagai bidang yang ada untuk kemajuan dan kemakmuran Islam. Tauhid bukan hanya semata-mata mengakui Ke Esa-an Tuhan tetapi juga gerakan realdalam kehidupan sosial.
2. Shalat, dalam shalat kita diajarkan untuk konsentrasi pemusatan pemikiran, adanya latihan fisik, solidaritas dalam berjamaah, tepat waktu, adanya satu tujuan yang sama dalam menghadap qiblat, kebersihan dalam menjaga badan dan lingkungan.
3. Puasa, dengan rasa lapar kita diharapkan dapat merasakan penderitaan orang-orang miskin sehingga tumbuh solidaritas sosial, dan adanya kebersamaan seluruh umat muslim di dalam bulan Ramadhan
4. Zakat, ada aspek ekonomi dalam perintah zakat yaitu pemerataan pendapatan dan membantu kaum miskin.
5. Haji, pada musim haji Makkah adalah pusat penyatuan seluruh umat muslim diseluruh dunia dengan adanya pertemuan ini diharapkan akan menjadi sebuah peristiwa konferensi agung umat muslim.
Hassan Hanafi menilai untuk kemajuan Islam kedepan maka kita perlu mencontoh orang barat dalam usaha mereka dalam mencapai modernisasi. Hanafi menawarkan oksidentalisme yaitu lawan dari orientalisme, diharapkan dengan ini umat Islam dapat meniru barat dan memfilter hal-hal yang tidak baik atau tidak penting.

Silakan Pikir & Renungkan......!!!

Miftahul Huda/AS VI


Kancil dan Pak Tani

Pak Tani sedang sedih di gubuknya. Akhir-akhir ini dia tidak Cuma bingung mikirin pupuk mahal, tapi juga pusing gara-gara banyak ulat bulu yang nyerbu ke ladangnya, sambil duduk termenung di gubuknya dia ngomong sendiri “oalah… orang kecil, udah melarat masih ketambahan masalah, harga pupuk mahal, beras malah murah, koq ya ulat-ulat bulu itu ndak nyerbu gedung DPR aja biar diganti baru”. Capek mikir, dia ambil bulletin yang ada di gubuknya, dia bolak-balik dilihat, dibaca sekilas. Entah gak tahu kenapa akhir-akhir ini banyak sekali buletin yang beredar ada yang kertas warna biru, hijau, putih, warna-warni. Saking banyaknya, penyebarannya gak cuma di kampus tapi sampe gubuknya pak tani, mboh siapa yang bawa kesitu.
Buletinnya macem-macem, gayanya juga macem-macem, gambarnya juga aneh-aneh sebagian gak dipahami pak tani. Dibaca dikit-dikit yang bisa dipahami, yang pake bahasa sasi-sasi gak terlalu digatekne karena gak paham. Pak Tani gak kuliah.
Bu Tani datang bawa makanan dari rumah langsung di tanyai pak Tani “bu.. ini apa maksudnya koq banyak pikirane mahasiswa seng aneh-aneh. Ada yang pengen bikin negara Islam, ada yang dungo pake dancok, dancok, ada yang bilang pake baju yang penting cuma sempak ma kutang thok. Ini gimana disekolahne koq malah nakal, mendingan gak usah sekolah macul ae gen golek duwit”. Bu tani yang gak sempet baca bulletin cuma bisa komentar “ya biarin, namanya juga masih anak-anak, pikirane masih panas pengen yang ini yang itu, ntar juga tobat sendiri”. ”tapi gimana masak kayak gini pakaian wanita koq cuma kutang ma sempak, kayak apa jadinya dunia, yang pake pensil saja dimarahai kena undang-undang kode etik kampus apalagi yang ini” sewot pak tani. “Yo biarin” jawab bu tani lagi “semuanya punya dasar pikiran masing-masing, emboh gimana yang bener, kabeh ngakune paling bener dewe. Bom bunuh diri aja bisa bener paling bunuh orang lain juga bisa bener” “lha trus gimana?” Tanya pak tani lagi “gimana apanya? Ya itu tadi semua punya dasar sendiri-sendiri lha wong kita sekarang ini hidup di jaman postmodern. Apapun boleh pokok punya dasar yang jelas” pak tani bingung dengar omongannya bu tani yang agak aneh tadi “apa bu postmodern? Opo kuwi gak paham aku” bu tani jawab kalem “alah buku punya anakmu seng kuliah iku lho, aku baca dikit-dikit. Intinya ya itu tadi apapun boleh pokok punya dalil. Pak tani makin bingung “dunia koq apapun boleh kayak apa jadinya?”.
Bingung mikir bulletin pak tani ganti mikir si kancil. Dulu yang selalu setia menghabiskan timun pak tani adalah kancil sekarang kewan itu gak pernah kelihatan mboh kemana.
Diem-diem kancil juga lagi stress. gak enak makan gak enak minum. Kancil susah “timune pak tani sekarang rasanya gak enak lagi mergo kakehen disemprot ngge obat-obat pabrik. Banyu kali rasane juga gak enak. jaman mbiyen waktu orang masih kencing berak di kali rasa air malah enak, Ikannya banyak, airnya jernih, bening gak sepet. Sekarang orang punya WC sendiri-sendiri di rumah malah airnya gak karuan”. Kancil mundak stress kalo dulu saingannya nyolong timun gak ada sekarang punya saingan baru yang namanya ulat bulu. Semuanya stress. Pak tani stress, kancil juga stress.